Tidak terlalu berlebihan memang menyebutkan bahwa “kadangkala mahasiswa dilema dengan masa depan yang menanti mereka”. Tujuan hidup yang tak menentu, ketakutan akan didahului sukses oleh orang lain merupakan fase yang tidak bisa terbantahkan hadir dalam diri mahasiswa. Dilema ideologis datang menghujam jiwa yang labil akan situasi yang sedang terjadi. Permasalahan seperti ini, bisa menyebabkan gangguan psikologis yang berbahaya jika tidak diatasi dengan cepat dan tepat.
Di zaman modern yang serba canggih ini, hampir bisa dipastikan setiap orang memilki smartphone. Hampir bisa dipastikan juga, setiap orang yang memiliki telepon pintar memilki akun media sosial seperti Facebook, Instagram, Tiktok dan Twiiter. Kondisi tersebut merupakan sesuatu yang wajar yang mampu memberi perubahan dalam bagaimana manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Dengan memiliki akun sosial media, setiap orang bisa terhubung dengan dunia. Setiap orang bisa mengetahui sesuatu dengan cepat.
Media sosial seakan menjadi jendela bagi penggunanya untuk mengetahui apa yang terjadi di dunia ini. Dunia ini seakan tidak ada batasan. Dalam sebuah Jurnal yang ditulis oleh Mulawarman dan Nurfitri, Kita bisa mengetahui kehidupan seseorang yang bahkan kita tidak mengenal siapa mereka. Dunia ini semakin canggih dengan segala jenis inovasi yang mampu mempermudah kehidupan manusia.
Hal semacam ini menunjukkan betapa media sosial telah menjadi bagian dari hidup manusia modern. Dalam sebuah riset yang dipublikasikan oleh Crowdtap, Ipsos MediaCT, dan The Wall Street Journal pada tahun 2014 yang melibatkan 839 responden dari umur 16 tahun sampai 36 tahun, menunjukkan jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengakses media sosial dan internet mencapai 6 jam 46 menit per harinya. Hal ini menunjukkan betapa media sosial sudah sangat melekat dengan kehidupan manusia.
Dengan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan manusia, maka tidak mengherankan jika setiap orang yang memilki akun media sosial akan memposting kegiatan yang sedang dilakukannya melalui media sosial. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan dan menginformasikan kepada teman virtualnya mengenai kegiatan apa yang sedang dilakukannya.
Perlu kita sadari bahwa setiap orang bisa memalsukan jati dirinya di sosial media. Bahkan bukan hanya jati diri yang dipalsukan akan tetapi berita yang disebarkan bisa jadi tidak benar. Hal ini bisa terjadi karena media sosial tidak memiliki saringan yang mampu menyaring segala jenis kepalsuan.
Banyak orang yang terpengaruh oleh postingan-postingan yang ada di media sosial, baik itu terpengaruh dalam hal positif maupun negative. Terutama banyak yang terpengaruh dari kalangan remaja. Seperti yang dipaparkan riset sebelumnya bahwa orang remaja sampai orang dewasa menghabiskan waktu lebih dari 6 jam untuk mengakses media sosial. hal ini tentu memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan mereka.
Seringkali seseorang setelah menggunakan sosial media akan muncul perasaan-perasaan panik, tidak berdaya, ketidak stabilan emosi. Hal semacam ini biasa disebut quarter life crisis. Quarter life crisis dapat menimbulkan tekanan dan kecemasan tertetu seperti bingung dengan arah tujuan hidup, keadaan finansial, merasa rendah dan lainnya yang menimbulkan respon stress.
Quarter Life Crisis itu apa sih?
Quarterlife crisis adalah suatu kondisi yang dialami oleh individu sebagai respon terhadap munculnya ketidak seimbangan, kecemasan, kegalauan dalam menentukan pilihan, rasa tidak berdaya dan juga rasa panik. Hal ini sangat mempengaruh emosional individu yang pada akhirnya jika tidak diatasi akan memunculkan depresi.
Quarterlife crisis umumnya menyerang para remaja yang hendak berkembang ke fase dewasa. Fase quarter life crisis dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya media sosial. Kasus ini bisa terjadi karena individu banyak mengonsumsi berita dan informasi tentang kehidupan para remaja lainnya yang telah sukses dan sebagainya, Sehingga, hal tersebut memunculkan rasa khawatir, cemas akan tujuan hidup, bingung dan bimbang.
Jika dilihat dari sisi refleksi, maka munculnya quarter life crisis dipengaruhi oleh banyak faktor dari lingkungan kita, termasuk faktor keluarga, pertemanan, sosial media, dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengonter atau mengatasi kondisi quarter life crisis.
Membangun Self Awareness yang Kuat
Dengan banyaknya keraguan, kepanikan, ketidak jelasan akan hidup, maka diperlukan suatu cara konkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut. Solusi konkrit yang dapat kita lakukan yaitu dengan membentuk self awareness yang kuat, sehingga tidak mudah goyah dengan keadaan sekitar yang kita lihat, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Self awareness merupakan kemampuan individu dalam mengetahui secara betul isi pikiran, perasaan, kondisi emosional, dan nilai yang ada pada dirinya dan orang lain. Self awareness adalah fondasi utama dalam membangun persepsi diri, karena kita dapat mengetahui emosi, perasaan, kemampuan, serta nilai yang kita miliki, sehingga tidak muncul perasaan insecure dengan diri kita.
Menurut Koeswara (1987), self awareness adalah suatu keadaan yang
memungkinkan manusia memahami kapasitas dirinya dan mampu menganalisis
perbedaan yang ada pada dirinya dan orang lain, sehingga mampu menempatkan
dirinya sesuai kapasitas yang ada. Self
awareness yang kuat tidak hanya berguna bagi satu individu. Akan tetapi hal
ini akan berdampak terhadap individu lain. Langkah praktis dalam membangun self awareness sebagai berikut. Pertama, berkontemplasi terhadap makna
hidup. Melakukan kontemplasi berarti merenungkan dan mempertanyakan semua hal
yang berkaitan dengan hidup kita. Dengan berkontemplasi membantu kita menemukan
makna hidup yang sesungguhnya. Tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan kemajuan
teknologi.
Kedua, menganalisis
kemampuan, perasaan, dan juga nilai yang terkandung dalam diri kita. Memahami
kelebihan dalam diri kita tentunya merupakan langkah awal yang harus kita
lakukan terlebih dahulu. Memahami semua hal dalam diri kita, mampu
memperlihatkan secara jelas kelebihan dan keunggulan yang sebelumnya mungkin
tidak terlalu kita perhatikan.
Ketiga, mengoptimalkan
kapasitas diri. Setelah mengetahui apa kekurangan dan kelebihan yang kita
miliki, maka sudah saatnya untuk mengoptimalkan kelebihan yang kita punya untuk
menutupi kekurangan yang ada. Sudah sangat jelas bahwa tidak ada manusia yang
sempurna. Pasti ada kekurangan dan kelebihan, dan tentunya kita tidak bisa
hanya berfokus dengan kekurangan yang kita miliki. Kita hanya perlu fokus
dengan kelebihan yang ada dalam diri kita serta mengoptimalkannya.
pada akhirnya, semua hal yang terjadi dalam diri kita tidak lepas dari persepsi yang kita bangun sendiri terhadap diri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, membangun self awareness dalam diri adalah suatu keniscayaan agar mampu melihat dunia lebih luas.